Penanganan Nyeri Pada Persalinan Normal

Oleh : dr. Margareta J. Sono

Nyeri persalinan merupakan pengalaman tidak menyenangkan serta memiliki konsekuensi fisiologis signifikan baik bagi ibu maupun janin. Nyeri ini bersifat subyektif dan bervariasi untuk setiap ibu, ataupun antara kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya. Nyeri persalinan dinilai memiliki skala nyeri yang setara dengan amputasi jari tanpa anestesi. Penanganan nyeri pada persalinan normal masih asing di Nusa Tenggara Timur, bahkan sering dianggap bahwa nyeri bersalin merupakan hal yang sudah seharusnya dirasakan oleh setiap ibu yang akan bersalin. Di sisi lain, nyeri bersalin ternyata dapat menyebabkan ibu menjadi cemas dan takut. Anti nyeri yang tepat selama persalinan dapat memberikan rasa nyaman pada ibu dan janin, sekaligus mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh nyeri persalinan tersebut.

Nyeri persalinan disebabkan oleh adanya rangsangan reseptor mekanik di rahim dan mulut rahim, sebagai respon terhadap pelepasan neurotransmitter karena kontraksi rahim. Nyeri persalinan pada ibu tidak memiliki efek langsung pada janin. Hal ini dikarenakan tidak adanya koneksi saraf langsung dari ibu ke janin. Namun nyeri persalinan dapat mempengaruhi sistem sirkulasi dan pernapasan ibu sehingga menyebabkan terganggunya perfusi uteroplasenta.

Teknik pemberian anti nyeri persalinan yang ideal memiliki beberapa syarat, antara lain : aman untuk ibu dan bayi, tidak mengganggu kemajuan persalinan, dan memberikan fleksibilitas pada perubahan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan. Selain itu, teknik yang ideal menghilangkan rasa nyeri secara konsisten pada setiap tahap persalinan, memiliki durasi kerja yang panjang, dan memiliki efek samping minimal. Namun demikian, sampai saat ini belum ada teknik tunggal anestesi yang ideal untuk semua kasus persalinan.

Penanganan nyeri persalinan dapat berupa nonfarmakologis/tidak menggunakan obat dan farmakologis. Pemilihan teknik mana yang digunakan sangat bergantung pada kemampuan dan kebiasaan tenaga kesehatan yang menangani pasien dan kondisi klinis pasien saat akan dilakukan tatalaksana nyeri.

Penanganan nonfarmakologis dapat berupa dukungan suportif secara emosional oleh keluarga, penggunaan kompres dingin untuk menurunkan persepsi nyeri, hidroterapi dengan berendam untuk menurunkan kecemasan dan nyeri, hipnotis, akupuntur dan stimulasi saraf transkutan.

Teknik akupuntur cenderung tidak memberikan efek samping baik bagi ibu maupun janin, namun membutuhkan tenaga yang terlatih serta efeknya yang tidak dapat digeneralisasikan untuk setiap individu. Sedangkan stimulasi saraf transkutan (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation/TENS) dilakukan dengan transmisi aliran listrik voltase rendah melalui elektroda yang ditempel pada kulit. Hal ini mudah digunakan dan tidak invasif, namun ada kemungkinan mengganggu pemantauan denyut jantung janin.

Tatalaksana farmakologis nyeri persalinan dapat diberikan dengan anti nyeri sistemik dan anti nyeri neuraksial, yang masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Anti nyeri sistemik diberikan secara inhalasi atau melalui penyuntikan. Anti nyeri inhalasi yang umum digunakan untuk persalinan adalah nitrit oksida.

Walaupun pemberian berulang nitrit oksida dikatakan aman untuk ibu dan janin, namun tetap diperlukan kehati-hatian saat memberikan opioid sebagai kombinasi karena dapat menyebabkan hipoventilasi dan hipoksia pada ibu. Jenis anti nyeri yang dapat diberikan melalui penyuntikan adalah golongan opioid yaitu Meperidin, Fentanil, Morfin, Tramadol atau Remifentanil. Setiap jenis obat memiliki kontraindikasi masing-masing. Pemberian obat-obatan tersebut dilakukan dengan bolus intermitten ataupun menggunakan Patient Controlled Analgesia (PCA). PCA merupakan modalitas baru yang memungkinkan pasien untuk mengatur sendiri frekuensi pemberian anti nyeri sesuai kebutuhan.

Pilihan penanganan yang terakhir adalah anti nyeri neuraksial yaitu blok regional yang dapat dilakukan dengan teknik spinal anestesi, epidural anestesi, atau kombinasi keduanya. Anti nyeri neuraksial memberikan efek sistemik yang minimal pada ibu dan janin dibandingkan dengan pemberian anti nyeri sistemik. Anti nyeri epidural merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam manajemen nyeri persalinan di negara maju. Teknik ini membutuhkan peralatan dengan biaya yang lebih tinggi dan teknik yang lebih kompleks. Pada Negara berkembang dengan keterbatasan sumber daya, anestesi spinal menjadi pilihan utama karena terjangkau dan relatif lebih aman dan mudah untuk dilakukan.

Penanganan nyeri persalinan tentunya memiliki efek samping dan komplikasi berupa hipotensi, Postdural Puncture Headache (PDPH), mual muntah, menggigil, demam dan gatal-gatal. Tatalaksana untuk efek samping dan komplikasi bersifat suportif sesuai dengan gejala yang timbul.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pada persalinan normal nyeri dapat ditangani baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis, dengan pertimbangan yang matang oleh tenaga yang profesional di bidangnya, sehingga diharapkan ibu merasa nyaman dan mengurangi dampak yang dapat timbul karena nyeri. Jika nyeri yang dirasakan menjelang persalinan cukup berat, segera konsultasikan dengan dokter yang menangani anda agar dapat diberikan penanganan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *